Mana Jatah Lebaran ku?

Pernah dengar peribahasa "tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah"? Ya tentunya pernah. Ini bukan mengenai tari menari dengan gerakan tangan ke atas dan ke bawah yang lemah gemulai. menari Kalau urusan tari menari bukan saya ahlinya.

Hampir setiap orang menyambut datangnya hari kemenangan Idul Fitri dengan gembira. Namun ada beberapa kalangan diantara kita yang masih mengerutkan dahi di bulan suci ini apalagi kalau bukan masalah kenaikan harga di sana sini. Nah apa hubungannya dengan peribahasa di atas?


Berdalih kondisi di atas banyak diantara kita yang memanfaatkan untuk 'mengemis' demi kelangsungan hidup. Kenapa untuk mempertahankan hidup kita harus bergantung dengan belas kasihan orang lain? Inikah mental bangsa ini? Mental meminta-minta. Bukan berarti saya meminta anda untuk mengusir setiap orang yang meminta belas kasihan anda. Tidak, saya tidak memerintahkan untuk itu. Anda tetap wajib menebar kasih sayang kepada sesama. Namun saya prihatin dengan mental bangsa ini yang sedemikian memprihatikan (bukan berarti saya men-judge).

Beberapa hari ini banyak orang yang datang kepada saya, baik itu mengatasnamakan individu maupun instansi meminta jatah lebaran. Mengais untuk mendapatkan ya sekedar baju lebaran. Kalo hanya 1-2 orang sih kagak masalah, la ini hampir tiap hari. Bagaimana tidak trenyuh di saat pemasukan tersendat-sendat, bisa bangkrut (jangan sampai)

Yang lebih heran adalah datangnya surat beramplop coklat. hah Saya kira surat cinta dari google (belum $100 koq udah dikirimi) kagak taunya lagi-lagi meminta jatah lebaran. Yang membuat saya tercengang kali ini mengatas namakan instansi (tidak perlu saya sebut instansinya sengihnampakgigi ). Duh... mental meminta-minta sampai mengakar pada instansi kita. Siapa yang patut disalahkan? Sudah kroniskah penyakit ini?

Komentar :

ada 1
Anonim mengatakan...
pada hari 

aku mulihku engko sore paling jo. jam 5...piye? buko nang ndi?

Posting Komentar